Menyelusuri Daerah Potensi Wisata di Sub-Distrik Atabae (2): Hatu Bui Cari

Goa Hatu Bui Cari di tahun 1970
(photo: Norberto Benigno, facebook)
Menyebut nama 'Hatu Bui Cari' kepada generasi masa kini, tidak ada yang tahu, apakah itu? Sebaliknya kepada generasi awal abad ke-19, Hatu Bui Cari menjelma menjadi tempat yang angker bagi penjajah Portugis, sekaligus tempat kebebasan bagi masyarakat Atabae khususnya dan Timor pada umumnya. 

Hatu Bui Cari adalah sebuah gua (goa) yang terletak di bukit bebatuan suco Atabae, sub-distrik Atabae di wilayah kekuasaan distrik Bobonaro. Pada tahun 1899, Hatu Bui Cari mendadak jadi terkenal di seantero Portugal, bangsa penjajah yang sedang menguasai dan menduduki wilayah Timor atau yang dikenal dengan sebutan Timor Portugis. Apa pasal? Di sana, di dalam goa Hatu Bui Cari, ada penumpahan darah, ada pembunuhan yang tidak biasa. 

Kalau orang Portugis membunuh rakyat jelata Timor, adalah hal yang biasa, tetapi ketika ada pemberontakan, perlawanan dan akhirnya membunuh salah satu orang Portugis, dan dia adalah militer penguasa dengan pangkat sub-letnan, maka adalah luar biasa. Nyanyian kemenangan dan luapan kegembiraan rakyat jelata pun bergema yang dituangkan dalam syair berikut (dan terjemahan bebas penulis): 


Bui Cari hatu Bui Cari     - Bui Cari, gua Bui Cari
Arbiru mate ara lolo        - Salah langka mati berdiri
Bui Cari hatu Bui Cari     - Bui Cari, gua Bui Cari
Arbiru tau tuli lolo           - Salah langka, hilang nyawa 
Beu beu sala kahi sai      - Telah ada kesalahan 
Au eh dale tura kahi sai  - Aku, tak kan ada lagi kata-kata

Beginilah suasana perayaan memperingati kematian Arbiru!
(photo: Norberto Benigno, facebook)
Tidak ada banyak referensi yang mengungkap pahlawan dibalik pembunuham itu. Arbiru adalah julukan kepada sang tentara sub-letnan. Julukan ini memiliki arti sendiri, menjelaskan sang tentara bernama lengkap Francisco Duarte, telah melakukan kesalahan, salah langka atau arbiru (sembarangan) mengambil keputusan menyerang rakyat jelata yang bersembunyi di goa Bui Cari. Dalam peristiwa pembunuhan itu ada nama Kapir Bia Banas, dia adalah akal dibalik strategi yang menghilangkan nyawa sang penjajah. 

Dikisahkan bahwa Kapir Bia Banas dan kelompoknya yang adalah rakyat jelata, menolak untuk membayar pajak kepada pemerintah penjajah (Portugis) maka mereka melarikan diri dan bersembunyi di Goa Bui Cari. Tidak ada makanan dan air minum di dalam goa, menderita berminggu-minggu tanpa ada titik terang, maka muncullah ide untuk memancing tentara penjajah, bahwa ada ratusan masyarakat pembangkang akan meneyerahkan diri, bersedia untuk membayar pajak dan dihukum, dirajam tangan dan kaki dengan kayu (paramatori). 

Kapir Bia Banas menjadi pahlawan pembebasan rakyat jelata, tetapi nasibnya tidak diketahui setelah peristiwa pembunuhan itu, sementara Francisco Duarte (Arbiru) menjelma menjadi pahlawan besar bagi bangsa Portugis, baca kisahnya di sini dan sebuah salinan dokumen dalam bahasa Portugis yang dimuat di blog Atabae-Ana

Goa Hatu Bui Cari memiliki nilai historis yang sangat dalam bagi perlawanan terhadap bangsa penjajah, bukan saja bagi rakyat Atabae tetapi semua masyarakat Timor-Leste. Inilah titik bermulanya perang rakyat Timor Leste melawan penjajahan bangsa Portugis. Kapir Bia Banas adalah pahlawan bangsa Timor-Leste. 

Kita mengenal perang Manufahi bermula pada tahun 1912 dengan raja Boaventura menjadi pahlawan besar bagi rakyat Timor Leste, ada pula perang Quelicai yang semuanya ditulis secara baik dan sistematis oleh bapak uskup Carlos Filipe Ximenes Belo yang bisa di baca dalam forum-haksesuk dan dipublikasikan juga di blog liberdade.

Salah satu pemandangan yg bisa dinikmati dari Goa Hatu Bui Cari
(photo: 2009 by Cidalio Leite, facebook)
Goa Hatu Bui Cari dengan nilai historisnya serta pemandangan indah bukit bebatuan yang alamiah, di tengah hutan yang rindang, memandang kemegahan gunung Gagaplau dari dekat serta melepaskan pandangan ke sungai Loes yang terbentang sepanjang Cailaco hingga muara Loes adalah daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal dan asing.

Bagaimana bisa sampai ke Hatu Bui Cari? Infrastruktur Timor-Leste yang belum dibangun sampai ke pelosok adalah tantangan tersendiri bagi para wisatawan. Untuk sampai ke tempat historis Hatu Bui Cari dibutuhkan keberanian dan kemauan kuat demi mengukir sebuah pengalaman berwisata yang penuh tantangan dan tak terlupakan. Dari ibu kota sub-distrik Atabae menuju Suco Rairobo masih bisa dijangkau dengan mobil 4WD atau sejenisnya. Selanjutnya dari Suco Rairobo sampai ke wilayah aldeia Lolocolo, juga masih bisa dijangkau dengan mobil 4WD. Tantangan sebenarnya baru bermula dari aldeia Lolocolo menuju Goa Hatu Bui Cari. Dulu ada jalan raya, tetapi saat ini jalan raya itu telah tertutut bebatuan, reumputan, pepohonan dan lain sebagainya. Maka kuda menjadi salah satu pilihan dan pilihan lainnya yang paling gampang adalah jalan kaki.

Kuburan simbolis "Arbiru" Francisco Duarte terletak di atas bukit bebatuan yang di dalamnya terdapat Goa. Di sini tujuan akhir dari sebuah perjalanan yang menantang. Di sekitarnya masih terdapat goa-goa yang lain, yang tentu di dalamnya kaya akan sarang burung walet. Kalo masih punya cukup energy bisa menyelusuri hutan rimba sekitarnya, dimanjakan dengan nyanyian merdu berbagai jenis burung, suara teriakan kera-kera yang melenting dan berbagai binatang hutan lainnya.

Oleh: Jano Bere Buti
Suatu pagi di kawasan Danau Victoria, Kenya!

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...